Thursday 2 July 2015

My Mama is as Sweet as a Flower

Hello everyone! Today I just feel like to write something about "mother", the miracle word I love so much as her love had brought me in this world and had raised me to be 'me' now.
Mama was my greatest teacher, a teacher of compassion, love and fearlessness. If love is sweet as a flower, then my mother is that sweet flower of love.” – Stevie Wonder


Saya seorang ibu dari 2 anak yang sangat mengagumkan, setidaknya ya menurut pendapatku. Di tengah pertemuan dengan sesama ibu-ibu tadi siang, aku mendengar mereka sibuk membicarakan daftar les dan kursus yang diberikan untuk anak-anak mereka.  Aku tergelitik untuk bertanya, "Kenapa sih harus les segala, kan anak-anak sudah cukup lelah dengan beban pelajaran di sekolahnya? Apa gak cukup belajar di sekolah saja?"
Salah satu ibu menjawab, "Mba, guru di sekolah tuh kurang bagus, jadi anak-anak masih perlu pelajaran tambahan. Rasanya sih anak-anak jadi pinter tuh bukan karena sekolah tapi karena les..."

Aku jadi teringat tetanggaku di tempat tinggalku yang dulu. Dia seorang (maaf...non muslim). Tapi yang menginspirasiku adalah dia begitu fokus mendidik anak-anaknya. Dia tidak aktif arisan, tidak banyak bersosialita, tidak banyak meng-kursuskan anaknya....tapi anaknya pinter-pinter di sekolah. Satu lagi teman lamaku adalah bu Juli (bukan nama sebenarnya), aku sering terdiam kalau bertemu dia, karena dia akan berbicara dengan bangga selama berjam-jam tentang anaknya yang pintar; rangking satu di kelasnya, yang sekarang mendapat full scholarships ke UCLA, USA. Yang selalu terngiang bahwa dia adalah seorang full time mother, juga teacher untuk anaknya. "Jangan terlalu banyak beraktivitas di luar, dek...maaf ya saya gak pernah me-les-kan anak saya, ajarin saja sendiri semampunya, dengan kedekatan kita dengan kita, mudah lho menanamkan ide bahwa kamu harus belajar keras supaya berhasil!" begitu katanya.

Tentu saja sebagai muslim kita akan mempunyai cita-cita berbeda dengan mereka. Tidak semua keluarga muslim bercita-cita ingin bersekolah di Amerika, mungkin banyak juga yang ingin menuntut ilmu di Timur Tengah. Tetapi, tetap saja semua itu perlu prestasi untuk mencapainya.

Saya setuju sekali, dengan kita mengajari anak kita sendiri, bukan hanya hemat biaya tetapi juga ada kepuasan tersendiri karena semuanya ada di bawah pengawasan kita.
Tapi kan tidak semua ibu punya kemampuan mengajar, apalagi misalkan ngajar matematika, fisika, kimia atau pelajaran susah lainnya. Jadi kan gak apa-apa kita menyerahkan anak kita kepada guru les. Betul, memang gak apa-apa, daripada kita yang kurang kompeten ngajar, nanti malah kacau, lebih baik serahkan kepada guru yang kompeten. Tetapi jangan segalanya diserahkan kepada guru. Terkadang orang tua sering menyalahkan guru ketika melihat anaknya kurang menguasai suatu materi, padahal bisa jadi kesalahan bukan pada gurunya. Satu jam pelajaran paling lama hanya 2 jam saat seorang siswa mempelajari suatu materi. Jadikan sisa waktunya diluar sekolah itu untuk kebersamaan dengan kita sebagai orang tuanya. Percayalah, ibu tidak akan rugi ketika banyak menghabiskan waktu bersama dengan anak-anak tercinta. Dan yakinlah merekapun akan lebih mencintai orang tuanya di hari tua kelak. :)

My mother said to me, ‘If you become a soldier, you’ll be a general; if you become a monk, you’ll end up as the pope.’ Instead, I became a painter and wound up as Picasso.” – Pablo Picasso

For you, mothers: "What do you wish your children to be in the future?" It's all in the palm of your hand!