Monday 8 March 2010

Menarik Agronaut Demi Brain Game

The Human Brain Book  The Brain Change Your Brain, Change Your Life: The Breakthrough Program for Conquering Anxiety, Depression, Obsessiveness, Anger, and Impulsiveness
Ada sebuah artikel yang sangat menarik saya di edisi majalah Swa terbaru, yaitu tentang 'Isu mengubah Brain Drain menjadi Brain circulation yang telah menjadi perhatian global. Sejumlah negara sukses melakukannya. Sekitar 25 tahun yang lalu, ketika menyambut PM Rajiv Gandhi di Gedung Putih, Presiden Amerika Serikat, Ronald Reagan mengajukan pertanyaan singkat: "Mengapa talenta-talenta terbaik dari India pergi ke Amerika, bukankah itu Brain Drain?" Rajiv pun menjawabnya, " Oh, itu bukan Brain Drain seperti yang diramaikan orang, tetapi Brain Bank yang akan kami tarik sewaktu-waktu bila perlu".
Tahun 2009, Duta Besar India untuk AS, Meera Shankar, dilontari pertanyaan serupa oleh anggota The Indus Entrepreneurs Chapter Washington DC ketika melakukan pertemuan. Seperti halnya Rajiv Gandhi, Meera pun mengatakan bahwa itu bukanlah Brain Drain tetapi Brain Circulation. "What goes around, comes around. And I have been seen that movement of Indians to other countries has had a very positive impact back in India", katanya.
From Brain Drain to Brain Circulation
Terminologi Brain Circulation yang dikutip Meera merupakan istilah yang dimunculkan Profesor Anna Lee Saxenian, yang kini menjabat Dekan UC Berkeley, School of Information. Saxenian melihat bahwa pergerakan talenta dan skill seharusnya menguntungkan dua pihak, yaitu negara yang ditinggalkan dan negara yang dituju. Seperti sebuah proses sirkulasi, ada proses " to give dan to receive". Saxenian terkenal sekali dengan bukunya; The New Agronauts: Regional Advantage in A Global Economy ( 2006 )".Beliau mengekplorasi globalisasi teknologi dan tenaga kerja, seraya menunjukkan fakta bahwa Brain Drain telah menjadi Brain Circulation. Imigran sejumlah negara seperti India, Cina, Taiwan dan Israel membawa kemampuan entrepreuneurial-nya ke negara masing-masing seraya tetap mempertahankan koneksi dengan negara tempatnya menimba ilmu dan pengalaman.
"Pada tahun 1980-an, dilema anak-anak Cina dan India yang lulus Ph.D. dari Stanford dan Berkeley adalah tak ada pekerjaan buat mereka di tanah air, sementara keluarga meminta segera pulang," kata Saxenian. Akhirnya mereka berwirausaha. Dia mencatat kurun waktu 1995-2000, orang-orang India dan Cina mendirikan lebih dari 4000 perusahaan di Silicon Valley. Brain Circulation terjadi ketika mereka pulang atau tetap tinggal di AS, tetapi  menciptakan koneksi dengan kolega-koleganya di India serta Cina. Peran negara, tentu saja menciptakan sarana dan prasarana bagi otak-otak terbaik itu untuk pulang: kesempatan untuk tumbuh kembang. Sebagai contoh, Taiwan, untuk mendorong ekonomi lokal dan menarik talenta terbaik buat menciptakan Brain Circulation, pada 15 Desember 1980 membangun Hsinchu Science and Industrial Park yang berdampingan dengan National Chiao Tung University dan National Tsing Hua University. Taiwan ingin membangun Silicon Valley yang berdampingan dengan Stanford. Ratusan perusahaan berdiri di situ, menarik anak-anak Taiwan yang menimba ilmu di mancanegara.
India tidak mau kalah. " Pemerintah India sangat berupaya menarik pulang talenta-talenta terbaiknya," kata Meera. Di zaman sekarang tidak ada yang bisa memisahkan diri dari globalisasi. Harus ada dua arah pertukatan ide, pengetahuan dan investasi. Dengan cara itulah akan menciptakan sirkulasi. Fasilitas, insentif dan peluang kemitraan dibuka di India buat anak-anak terbaik yang ingin membangun negerinya. Negeri ini juga mengembangkan universitas-universitas di seluruh pelosok negeri sebagai mitra untuk penelitian. India membangun juga 10000 pusat balai latihan baru untuk mengembangkan kompetensi warga India. Ini dilakukan agar orang-orang lokal yang tidak melanglang buana bisa mengimbangi rekan-rekannya yang baru pulang dari mancanegara atau tetap di luar negeri yang membutuhkan tenaga-tenaga ahli di India sehingga tidak terjadi mismatch antara permintaan industri dengan pasokan yang dibutuhkan.
Belajar dari Taiwan dan India, tampaknya bahwa negara berperan menciptakan lingkungan yang kondusif buat talenta-talenta terbaik untuk pulang dan membangun negeri. Pemerintah harus proaktif menarik putra-putra terbaiknya dengan menyediakan industrial park yang ditopang universitas-universitas dan balai-balai keterampilan. Janganlah menuduh mereka antinasionalis, tetapi lebih  baik menyediakan sarana prasarana yang kondusif begitu anak-anak terbaik negeri itu pulang.
"What goes around, comes around", begitulah kata Dubes Meera. Namun percayalah, para New Agronauts terbaik tidak akan pernah pulang dari berlayar bila tanah tumpah darahnya tidak menawarkan kesempatan yang menarik......






No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.